Senin, 24 Februari 2020

Kenaikan Isa Al Masih

Bagaimana tentang Isa Al-Masih AS itu menurut sumber informasi yang bersumber dari Al-Qur an dan diyakini umat Islam, menurut sebagian besar umat Islam di dunia bahwa Nabi Isa Al-Masih AS, belum meninggal sampai sekarang, tapi beliau diangkat oleh Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur an :

………. اِذْ قَالَ اللهُ يَعِيْسى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَ رَافِعُكَ

Artinya : Perhatikanlah ! Allah berfirman ” Wahai Isa, Aku akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepadaku dan mengangkat engkau dari kepalsuan orang kafir……. “

Rasulullah SAW bersabda : “Bahwa sesungguhnya Nabi Isa AS belum meninggal. Dan beliau akan kembali kepadamu sebelum hari kiamat”.

Ini penting kejelasan secara tepat, karena masalah ini berkaitan secara langsung dengan penjelasan yang ditegaskan dalam al Qur’an serta hadis Nabi SAW. Dan persoalannya selalu bersentuhan dengan keyakinan lain yang bersumber bukan dari kitab – kitab dan ajaran Islam.

Dalam al-qur an di sebutkan :

اِذْ قَالَ اللهُ يَعِيْسى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَ رَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنُ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَكَفَرُوْا اِلَى يَوْمِ الْقِيمَةِ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْفِيْمَا كُنْتُمْ تَخْتَلِفُوْنَ

Terjemah : (Ingatlah), ketika Allah berfirman ; `Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya`. (Al-imron ayat 55).

Di dalam ayat ini “Mutawaffika Wa Rafiuka” (mewafatkan dan mengangkat), seakan Nabi Isa AS ini diwafatkan dulu kemudian diangkat. Oleh karena itu di dalam Tafsir al-Qur’an, khususnya di dalam kitab Tafsir ibnu Katsir, di sana ada beberapa pendapat ulama mengenai masalah ini, yang penting untuk dicermati.

Pendapat & Penafsiran

Argumentasi pertama : Dari Imam Qatadah mengatakan bahwa pada ayat 55 dalam surat Ali Imran, kata-kata Mutawaffika, Wa Rafiuka, karena disitu ada kata Wa (dan) itu dikatakan dalam bahasa arab Mutlakul jam’i, mutlak yang penting sama-sama. Misalnya : Ali dan Amir pergi ke pasar. Itu bisa Ali lebih dulu atau Amir lebih dulu, atau bisa sama-sama. Dilihat dari struktur fashehat atau bilaghahnya, penggalan kata2 itu merupakan struktur yang didahulukan dan dikemudiankan. Asal penggalan itu ialah “Innie raafiuka Wa Mutawaffika’ (Sesungguhnya Aku akan mengangkatmu kepada-Ku, kemudian mewafatkanmu). Maka menurut Imam Qatadah pengertiannya ayat di atas itu, karena lebih dulu diangkat, maka baru nanti meninggal sebelum hari kiamat.

Argumentasi Ke dua : dari Ali bin Thalhah, dari Imam Ibnu Abbas, beliau berpendapat bahwa pengertian “Mutawaffika” itu memang mati, bimakna mumituka, dengan arti mematikanmu. Imam Muhammad bin Ishak berpendapat bahwa Nabi Isa meninggal dalam tiga jam kemudian di angkat oleh Allah. Orang-orang Nasrani waktu itu menganggap bahwa Nabi Isa AS atau yang lebih dikenal dengan Al-Masih Ibnu Maryam telah meninggal dalam tujuh jam kemudian di hidupkan kembali, makanya dalam tradisi Kristen ada yang namanya hari besar Kenaikan Isa Al-Masih. Ada yang berpendapat meninggalnya Nabi Isa itu sampai tiga hari.

Pendapat lain mengatakan ; “Diwafatkan dari dunia, namun bukan wafat yang berarti mati”. Ada juga yang berpendapat ; “Mewafatkannya berarti menaikannya”. Mayoritas Ulama berpendapat bahwa kata “Mutawaffika” bukan meninggal seperti biasa, karena di dalam al-Qur’an ada kata seperti itu yang artinya tidur. Jadi kata-kata “Mati” ada juga pengertiannya bukan mati dalam arti lepas nyawa dari jasad untuk selamanya, tapi “tidur” (lepas-sebentar nyawa dari badan). Yaitu : tersinyalir dalam ayat yang mengatakan :

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُم بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Terjemah : “Dan Dialah yang membuat kamu mati / menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”. (QS. 6:60).

Note : “Dan Dialah yang membuat kamu mati (tidur) malam hari dan mengetahui apa yang kamu kerjakan siang hari….. (Al-An’am 60).

Ini bersesuaian dengan Firman Alloh dalam Surat Az-zumar 42 :

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Terjemah : Alloh memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda2 kekuasaan Alloh bagi kaum yang berfikir. (Q.S. 39 : 42).

Sehingga dalam ajaran Islam kalau baru bangun dari tidur di sunnahkan untuk berdo’a seperti yang senantiasa dicontohkan Rosululoh SAW :

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

“Segala puji bagi Allah, yang membangunkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami dibangkitkan”. [HR. Al-Bukhari].

Kaum Ahmadiyah menganggap bahwa Nabi Isa itu mati biasa atau normal.

Untuk menjelaskan labih lanjut masalah ini, mari kita lihat cerita tentang kejadian yang menimpa Nabi Isa menurut versi al-Qur an. Di sebutkan dalam al-Qur an :

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ ۚ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا

Terjemah : “ ……dan karena perkataan mereka : kami telah membunuh Isa Al-Masih putera Maryam. Utusan Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pulah menyalibnya “ (An-Nisa-157).

Selanjutnya An-Nisa’ ayat 158 menentukan : “Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

بَل رَّفَعَهُ اللّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللّهُ عَزِيزًاحَكِيمًا

Quran Surat An-Nisa’ ayat 157 – 158 tersebut membantah keyakinan orang-orang Yahudi pada waktu peristiwa penyaliban Yesus tersebut, yang merasa telah berhasil membunuh Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam Alaihimassalam.

Dengki Orang Yahudi

Orang-orang yahudi menganggap bahwa mereka merasa bisa membunuh Nabi Isa al-Masih. Pada waktu itu orang-orang yahudi merasa dengki terhadap Nabi Isa, karena dalam pendangan mereka, Nabi Isa tidak lebih layak di angkat menjadi Nabi. Mereka memandang Nabi Isa sebagai orang rendah karena waktu itu orang yang dianggap mulia adalah orang-orang yang dari kalangan Raja yahudi yang berpusat di Damaskus. Pendek kata, mereka hasud dan dengki kepada Nabi Isa. Dengki mereka tak terbendung dan akhirnya mereka mempunyai rencana untuk membunuh Nabi Isa.

Mulanya mereka melapor kepada Raja di Damaskus, bahwa ada seorang rakyat biasa di Palestina yang mengaku sebagai untusan Allah untuk mengajar manusia dengan ajaran yang mengesakan Allah dan berbuat kebajikan. Dalam laporannya mereka bahkan menyatakan bahwa orang dimaksud memiliki rencana untuk membunuh Raja dan merubuhkan kerajaan di Damaskus. Sungguh, ini fitnah yang keji dari mulut orang-orang yahudi.

Mendengar laporan ini, Raja Damaskus langsung mengirim pasukan untuk menangkap dan membunuh Nabi Isa. Pasukan tentara pun mengepung rumah Nabi Isa yang sedang mengajarkan agama Islam kepada murid-muridnya, yaitu yang biasa disebut dengan Kaum Hawariyin.

Di situ diceritakan ada dua belas orang murid Nabi Isa setelah melihat orang yahudi dan orang damaskus akan membunuh Nabi Isa. Nabi Isa mengatakan kepada murid-muridnya ; “Hai para muridku, siapa diantara kalian yang mau bersama saya masuk surga” kata Nabi Isa, kemudian ada seorang murid yang paling muda, namanya Sarjus. Kata Sarjus ; “Saya, ya Rasulullah bersedia bersama Anda”. Kalau begitu, kamu duduklah di tempt duduk ku, Kata Nabi Isa.

Kebetulan Sarjus mempunyai wajahnya mirip dengan Nabi Isa AS. Ketika Sarjus akan duduk di situ, Nabi Isa diangkat oleh Allah SWT dan yang duduk itu adalah Sarjus. Begitu orang-orang Yahudi dari Damaskus datang menggerebek rumah pengajian Nabi Isa para tentara masuk dan melihat orang yang duduk di situ menempati tempat duduk Nabi Isa dan mirip wajahnya dengan Nabi Isa, maka di tangkaplah Sarjus, lalu di bunuh dengan di salib.

Jadi yang di salib itu bukanlah Nabi Isa AS, menurut tafsir ini. Tapi yang wajahnya serupa dengan Nabi Isa AS. Dalam al-Qur an di ceritakan bahwa orang-orang yahudi bangga karena telah mampu membunuh Nabi Isa AS. Mereka mengatakan dengan penuh kebanggan. Kami telah berhasil membunuh Isa.

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمْ

Terjemah : ……kami telah membunuh Isa Al-Masih putera Maryam, utusan Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. (An Nisa : 157).

“Rasulullah itu sudah kami bunuh, kata orang-orang Yahudi. Maka, orang Yahudi banyak mendapat kutukan dari Allah”. Tetapi di katakana dalam al-Qur an :

وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمْ

Terjemah : …..padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi demikianlah ditampakkan kepada mereka (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka…… (Surat An-Nisa : 157)

Dan ayat lain juga disebutkan bahwa :

وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ ۚ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا

Terjemah : …. Dan sesungguhnya orang orang yang berselisih pendapat (tentang pembunuhan) Isa, benar-benar dalam tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang di bunuh itu kecuali mengikuti perasangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

Catatan kepahaman : Bahwa perselisihan akidah Nasrani dengan Islam merupakan perselisihan final. Bagi umat Islam, dengan tonggak sejarah ketika Nabi Muhammad medeklarasikan Piagam Madinah membentuk Pemerintahan Islam berpusat di Madinah dengan “kontrak sosial” untuk hidup bersama saling melindungi antara umat Islam, Nasrani dan Yahudi. Jadi, Nabi Muhammad pada abad ke-7 lebih dulu mempraktikkan “kontrak sosial”. Oleh karena itu, artikel ini tidak akan diperdebatkan dari sudut keimanan, dengan tetap saling menghormati.

Demikian, semoga ada manfaat dan menambah khazanah ke ilmuan kita. Amin ; Wallohu a’alam 

Referensi : Syaikhonie KHR. Ahmad Ma’mun Abdul Mu’in (Allohummaghfirlahu), mantan Musytasyar PWNU Jawa-Barat dan Rois Syuriyah PC NU Kota Bandung / Khodim Ponpes An-nadjah ; AM. Syahrir Rahman, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Sunan Giri Surabaya.

Lihat Juga Muhtasar Ibnu Katsier, Jilid 1, hal 520-523, 834-848. ; Tafsier Marrohu Labied ‘Ala Tafsier Munir, Jilid 1, hal 100-101, 183-184. 

Rabu, 19 Februari 2020

Nasab Asal Nabi Ismail dan Siti Hajar

Dalam Kitab Shahih Ibnu Hibban ada sebuah hadits panjang yang menuturkan para nabi dan para rasul, diriwayatkan dari shahabat Abu Dzarr (Sumber:Shahih Ibn Hibban 2/76/361, maktabah syamilah) sbb:

 

قلت : يا رسول الله كم الأنبياء ؟ قال : ( مئة ألف وعشرون ألفا ) قلت : يا رسول الله كم الرسل من ذلك ؟ قال : ( ثلاث مئة وثلاثة عشر جما غفيرا )

 

Saya (Abu Dzarr) bertanya: “Ya Rasulallah berapakah jumlah para nabi?. Beliau bersabda "seratus duapuluh ribu".

Saya bertanya: “Dari mereka yang menjadi rasul berapa?. Beliau bersabda "semua berjumlah tigaratus tigabelas".

 

قال : قلت : يا رسول الله من كان أولهم ؟ قال : ( آدم ) قلت : يا رسول الله أنبي مرسل ؟ قال : ( نعم خلقه الله بيده ونفخ فيه من روحه وكلمه قبلا )

Saya bertanya: “Mereka yang paling awal siapa?. Beliau bersada: "Adam".

 

Saya bertanya: “Betulkah dia nabi yang menjadi rasul?. Beliau bersabda: "betul. Allah mencipta dia dengan dua Tangan-Nya dan meniupkan padanya sebagian ruh-Nya, lalu menyempurnakannya sebagai manusia dan berfirman padanya secara langsung".

 

ثم قال : يا أبا ذر أربعة سريانيون : آدم وشيث وأخنوخ وهو إدريس وهو أول من خط بالقلم ونوح وأربعة من العرب : هود وشعيب وصالح ونبيك محمد صلى الله عليه و سلم

Beliau menambahkan: "Wahai Abu Dzarr, ada empat nabi dari Suryani: Adam, Syits, Khanukh, orang pertama yang menulis dengan pena dan Nuh. Ada empat nabi yang dari Arab: Hud, Shalih, Syu’aib, dan nabimu, Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam".

 

Sedangkan Al hafizh Ibn Katsier menulis dalam Kitab Al Bidayah Wannihayah, 1/138, maktabah syamilah:

 

ويقال للعرب الذين كانوا قبل إسماعيل عليه السلام العرب العاربة وهم قبائل كثيرة منهم عاد * وثمود * وجرهم * وطسم * وجديس * وأميم * ومدين * وعملاق * وعبيل * وجاسم * وقحطان * وبنو يقطن * وغيرهم.

 

Dikatakan untuk arab sebelum Nabi Isma'il 'alaihissalaam AL 'ARAB AL 'AARIBAH. Mereka terdiri dari banyak kabilah, diantaranya: 'Aad, Tsamuud..........Madyan..... dll

 

وأما العرب المستعربة فهم من ولد إسماعيل بن إبراهيم الخليل * وكان اسماعيل بن ابراهيم عليهما السلام أول من تكلم بالعربية الفصيحة البليغة * وكان قد أخذ كلام العرب من جرهم الذين نزلوا عند أمه هاجر بالحرم كما سيأتي بيانه في موضعه إن شاء الله تعالى ولكن أنطقه الله بها في غاية الفصاحة والبيان.

 

Adapun ARAB MUSTA'RIBAH, mereka adalah berasal dari keturunan Nabi Isma'il bin Ibrahim al Khalil 'alaihimassalaam, orang pertama yang berbicara dengan bahasa arab yang fashih dan lancar................

 

وأما أقوام العرب فقد قسمها المؤرخون إلى ثلاثة أقسام؛ بحسب السلالات التي ينحدرون منها

Para sejarawan membagi kaum arab menjadi tiga bagian, sesuai dengan silsilah keturunan dari mereka

 

العرب البائدة: وهم العرب القدامى الذين انقرضوا تمامًا ولم يمكن الحصول على تفاصيل كافية عن تاريخهم، مثل: عاد، وثمود،

Arab Ba'idahMereka adalah -kaum Arab terdahulu yang sudah punah dan tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti ʿAad, Tsamuud.......

 

العرب العاربة: وهم العرب المنحدرة من صلب يَشْجُب بن يَعْرُب بن قَحْطان،

Arab 'AribahMereka adalah kaum Arab yang berasal dari keturunan Yasyjub bin Ya’rub bin Qahthaan...........


العرب المستعربة وهي العرب المنحدرة من صلب إسماعيل عليه السلام، وتسمى بالعرب العدنانية

Arab Musta'ribahYaitu kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma'il, yang disebut pula 'Adnaniyah


 

Dalam Musnad Ahmad juz 15 halaman 131-132, maktabah syamilah:

 

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا وَرْقَاءُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكْذِبْ إِبْرَاهِيمُ إِلَّا ثَلَاثَ كَذِبَاتٍ قَوْلُهُ حِينَ دُعِيَ إِلَى آلِهَتِهِمْ { إِنِّي سَقِيمٌ } وَقَوْلُهُ { فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا

 

وَقَوْلُهُ لِسَارَةَ إِنَّهَا أُخْتِي قَالَ وَدَخَلَ إِبْرَاهِيمُ قَرْيَةً فِيهَا مَلِكٌ مِنْ الْمُلُوكِ أَوْ جَبَّارٌ مِنْ الْجَبَابِرَةِ فَقِيلَ دَخَلَ إِبْرَاهِيمُ اللَّيْلَةَ بِامْرَأَةٍ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ قَالَ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ الْمَلِكُ أَوْ الْجَبَّارُ مَنْ هَذِهِ مَعَكَ قَالَ أُخْتِي قَالَ أَرْسِلْ بِهَا قَالَ فَأَرْسَلَ بِهَا إِلَيْهِ وَقَالَ لَهَا لَا تُكَذِّبِي قَوْلِي فَإِنِّي قَدْ أَخْبَرْتُهُ أَنَّكِ أُخْتِي إِنْ عَلَى الْأَرْضِ مُؤْمِنٌ غَيْرِي وَغَيْرُكِ قَالَ فَلَمَّا دَخَلَتْ إِلَيْهِ قَامَ إِلَيْهَا قَالَ فَأَقْبَلَتْ تَوَضَّأُ وَتُصَلِّي وَتَقُولُ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي آمَنْتُ بِكَ وَبِرَسُولِكَ وَأَحْصَنْتُ فَرْجِي إِلَّا عَلَى زَوْجِي فَلَا تُسَلِّطْ عَلَيَّ الْكَافِرَ قَالَ فَغُطَّ حَتَّى رَكَضَ بِرِجْلِهِ

 

قَالَ أَبُو الزِّنَادِ قَالَ أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهَا قَالَتْ اللَّهُمَّ إِنَّهُ إِنْ يَمُتْ يُقَلْ هِيَ قَتَلَتْهُ قَالَ فَأُرْسِلَ ثُمَّ قَامَ إِلَيْهَا فَقَامَتْ تَوَضَّأُ وَتُصَلِّي وَتَقُولُ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي آمَنْتُ بِكَ وَبِرَسُولِكَ وَأَحْصَنْتُ فَرْجِي إِلَّا عَلَى زَوْجِي فَلَا تُسَلِّطْ عَلَيَّ الْكَافِرَ قَالَ فَغُطَّ حَتَّى رَكَضَ بِرِجْلِهِ قَالَ أَبُو الزِّنَادِ قَالَ أَبُو سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّهَا قَالَتْ اللَّهُمَّ إِنَّهُ إِنْ يَمُتْ يُقَلْ هِيَ قَتَلَتْهُ قَالَ فَأُرْسِلَ فَقَالَ فِي الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ مَا أَرْسَلْتُمْ إِلَيَّ إِلَّا شَيْطَانًا ارْجِعُوهَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَأَعْطُوهَا هَاجَرَ قَالَ فَرَجَعَتْ فَقَالَتْ لِإِبْرَاهِيمَ أَشَعَرْتَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ رَدَّ كَيْدَ الْكَافِرِ وَأَخْدَمَ وَلِيدَةً

 

Wallaahu A'lam.

Sabtu, 18 April 2015

NAMA "MUHAMMAD" ADA TERTULIS DALAM KITAB TAURAT & INJIL !!

 
  • '' Dan Mereka Berkata : 'Sekali kali Tidak Akan Masuk Syurga Kecuali Orang - Orang Yahudi Dan Nasrani ' Demikian Hanya Angan - Angan Mereka Yang kosong Belaka Katakanlah: " Tunjukanlah bukti kebenaranmu Jika Kamu Adalah Orang - Orang Yang Benar ( Qs 2 : 111 )
MEMBUKTIKAN ADANYA NUBUAT TENTANG MUHAMMAD DALAM ALKITAB!
Orang Kristen sering membantah bahwa di dalam Alkitab tidak pernah ditemukan nubuat tentang Muhammad. Jadi sampai botak pun orang muslim mencari kata Muhammad dalam Alkitab bahasa Indonesia maupun Inggris ataupun yang lainnya di luar bahasa aslinya tidak akan pernah menemukannya. Karena Alkitab tersebut adalah hanya terjemahannya saja, dan tidak mencantumkan naskah aslinya (masternya) berbeda halnya dengan Al Quran yang selalu mencantumkan naskah dalam bahasa Arabnya.
  • Kitab perjanjian Lama (Taurat) ditulis dalam bahasa Hebrew dan ada sebagian yang ditulis dalam bahasa Aram.
  • Sedangkan Perjanjian Baru (Injil) yang sekarang jadi masternya di tulis dalam bahasa Yunani.
  • Aneh sekali bukan? Padahal Yesus sendiri bukan orang Yunani? Dia adalah keturunan Yahudi yang pastinya berbahasa Aram, dan Hebrew.
Allah juga menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa kedatangan Nabi Muhammad sudah dinubuatkan dalam Kitab-kitab sebelumnya.

Sebagaimana firman-Nya:
"Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata:
  • "Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS. Ash Shaff : 6)
(QS.Al-A'raaf [7]:157)

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (157)
  • "(Yaitu) orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dalam ayat ini Allah Swt. menerangkan sifat-sifat Muhammad rasul dan nabi Allah yang wajib diikuti itu ialah:

1. Nabi yang ummi (buta huruf)
  • Dalam ayat ini diterangkan bahwa salah satu sifat Muhammad saw. ialah tidak pandai menulis dan membaca.
Sifat ini memberi pengertian bahwa "seorang yang ummi tidak mungkin membaca Taurat dan Injil yang ada pada orang-orang Yahudi dan Nasrani", demikian pula cerita-cerita kuno yang berhubungan dengan umat-umat dahulu. Hal ini membuktikan bahwa risalah yang dibawa oleh Muhammad SAW itu benar-benar berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Mustahil seseorang yang tidak tahu tulis baca dapat membuat dan membaca Alquran dan hadis yang memuat hukum-hukum, ketentuan-ketentuan ilmu pengetahuan yang demikian tinggi nilainya. Seandainya Alquran itu buatan Muhammad, bukan berasal dari Tuhan semesta alam tentulah manusia dapat membuat atau menirunya tetapi sampai saat ini belum ada seorang manusia pun yang sanggup menandinginya.

2. Kedatangannya jelas diisyaratkan di dalam kitab Taurat dan Injil.
Kedatangan Muhammad sebagai nabi dan rasul penutup telah diisyaratkan di dalam kitab Taurat dan Injil,
bahkan Allah SWT. menegaskan dalam firman-Nya:

الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya:
  • "Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui. (Q.S Al Baqarah: 146)
Menurut ayat ini, orang-orang Yahudi dan Nasrani telah menyembunyikan pemberitaan tentang akan diutusnya Muhammad saw. dengan menghapus pemberitaan ini dan menggantinya dengan yang lain di dalam Kitab Taurat dan Injil. Banyak ayat Alquran yang menerangkan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi dan Nasrani itu.

Sekalipun demikian masih terdapat ayat-ayat Taurat (Wasiat Yang Lama) dan Perjanjian Yang Baru mengisyaratkan akan kedatangan Muhammad itu.
Dalam kitab Kejadian 21:13 diterangkan bahwa akan datang seorang nabi akhir zaman nanti dari keturunan Ismail.

~ Dari ayat Taurat ada beberapa isyarat yang dapat dijadikan dalil untuk menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. itu adalah seorang nabi di antara segala saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang dinobatkan oleh Tuhan itu akan timbul dari saudara-saudara Bani Israil, tetapi bukan dari Bani Israil itu sendiri.
~ Adapun saudara-saudara Bani Israil itu ialah Bani Ismail (bangsa Arab) sebab Ismail adalah saudaranya yang tua dari Ishak bapak Nabi Yakub. Dan Nabi Muhammad saw. sudah jelas adalah keturunan Bani Ismail.

Kemudian kalimat: "Yang seperti engkau" memberikan arti bahwa nabi yang akan datang haruslah seperti Nabi Musa a.s., yaitu nabi yang membawa syariat baru (agama Islam) yang juga berlaku untuk bangsa Israil. Kemudian diterangkan lagi bahwa nabi itu tidak sombong, baik sebelum menjadi nabi. Sebelum menjadi nabi beliau sudah disenangi orang, terbukti dengan pemberian gelar oleh orang Arab kepadanya yaitu "Al-Amin" yang artinya "orang yang dipercaya." Jika beliau seorang yang sombong, tentu beliau tidak akan diberi gelar yang amat terpuji itu. Setelah menjadi nabi beliau lebih ramah dan rendah hati.
  • Umat Nasrani menyesuaikan nubuat itu kepada Nabi ISA a.s. di samping mereka mengakui bahwa Isa a.s. mati terbunuh (disalib).
  • Hal ini jelas bertentangan dengan ayat nubuat itu sendiri. Sebab nabi itu haruslah tidak mati terbunuh.
  • Disebutkan pula bahwa Tuhan telah datang dari Tursina, maksudnya memberikan wahyu kepada Musa a.s. dan telah terbit bagi mereka itu di Seir", maksudnya menurunkan kepada Nabi Isa wahyu, serta gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, maksudnya menurunkan wahyu kepada Muhammad saw. Paran (Faron) adalah nama salah satu bukit di negeri Mekah.
Dalam Bab XV Injil Yohanna disebutkan Nubuat Nabi Muhammad saw. sebagai berikut:
  • "Maka adapun apabila telah datang Faraklit yang Aku telah mengutusnya kepadamu dari bapak, roh yang benar yang berasal dari bapak, maka dia menjadi saksi bagiku, sedangkan kamu menjadi saksi sejak semula." Perkataan "Faraklit" adalah bahasa Ibrani yang artinya sama dengan "Ahmad" dalam bahasa Arab.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata:
  • "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad)." (Q.S As Saff: 6)
Demikianlah sekali pun ada bagian Taurat dan Injil yang diubah, ditambah, dan dihilangkan , juga masih terdapat isyarat-isyarat tentang kenabian dan kerasulan Muhammad saw. Itu pulalah sebabnya sebagian ulama Yahudi dan Ibrani yang mengakui kebenaran berita itu segera beriman kepada Muhammad dan risalah yang dibawanya, seperti Abdullah Ibnu Salam, Tamim Ad-Dari dan lain-lain sebagainya.

3. Nabi itu menyuruh berbuat makruf dan melarang berbuat mungkar.
~ Perbuatan yang makruf ialah perbuatan yang baik yang sesuai dengan akal sehat, dan membersihkan jiwa, bermanfaat bagi diri sendiri, manusia dan kemanusiaan. Sedangkan perbuatan yang mungkar ialah perbuatan yang buruk yang tidak sesuai dengan akal yang sehat dan dapat menimbulkan mudarat bagi diri sendiri, bagi manusia dan kemanusiaan. Perbuatan makruf yang paling tinggi nilainya ialah mengakui keesaan Allah, dan menunjukkan ketaatan kepada-Nya, sedang perbuatan mungkar yang tinggi sekali tingkatannya ialah memperserikatkan Allah swt.

4. Menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk.
~ Yang dimaksud dengan yang baik ialah yang halal lagi baik, tidak merusak akal, pikiran, jasmani dan rohani.
~ Sedangkan yang dimaksud dengan yang jelek ialah yang haram yang merusak akal, pikiran, jasmani dan rohani.

5. Menghilangkan beban-beban dan belenggu-belenggu yang memberatkan.
~ Maksudnya ialah dengan syariat yang dibawa Nabi Muhammad saw. tidak ada lagi beban yang berat seperti yang dipikulkan kepada Bani Israil. Umpamanya mensyariatkan membunuh diri untuk sahnya taubat, mewajibkan kisas pada pembunuhan, baik yang disengaja atau pun yang tidak disengaja, tanpa membolehkan membayar diyat, memotong bagian badan yang melakukan kesalahan, membuang atau menggunting kain yang terkena najis, dan sebagainya.

Sesuai dengan firman Allah swt.:
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya:
  • "Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur. (Q.S Al Ma'idah: 6)
Demikian juga Rasulullah saw. bersabda:
بشروا ولا تنفروا يسروا ولا تعسروا وتطاوعوا ولا تختلفوا
Artinya:
  • Berilah kabar gembira dan janganlah memberikan kabar yang menakut-nakuti, mudahkanlah dan jangan mempersukar, bersatulah dan jangan berselisih. (H.R Bukhari dan Muslim)
* Sesungguhnya kepada Bani Israil telah disyariatkan hukum-hukum yang berat, baik hukum ibadat maupun hukum muamalat.
* Kemudian kepada Nabi Isa a.s. disyariatkan hukum ibadat yang berat.
* Sedang syariat Nabi Muhammad saw. sifatnya tidak memberatkan, tetapi melapangkan dan memperingan tanggungan, baik yang berhubungan dengan hukum-hukum ibadat maupun yang berhubungan dengan hukum-hukum muamalat.

Kemudian Allah SWT menerangkan cara-cara mengikuti rasul yang disebutkan ciri-cirinya di atas agar berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti ialah beriman kepadanya dan kepada risalah yang dibawanya, menolongnya dengan rasa penuh hormat, menegakkan dan meninggikan agama yang dibawanya, mengikuti Alquran yang dibawanya yang merupakan sinar terang-benderang, menyinari jalan-jalan untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

(QS. Al-A'raaf [7]:158)
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (158)
  • 158) Katakanlah:` Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk `.
Pada ayat yang terdahulu Allah swt. menerangkan bahwa kerasulan Muhammad saw. telah diisyaratkan dalam Kitab Taurat dan Injil, dan menyebutkan kemuliaan orang-orang yang mengikuti agamanya, ia akan bahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti. Pada ayat ini diterangkan tentang keumuman risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw., yaitu agama yang berlaku seluruh umat manusia di dunia, tidak seperti risalah-risalah rasul yang sebelumnya yang hanya khusus untuk sesuatu umat saja. Dan beliau mengajak seluruh umat manusia agar mengikuti agama tersebut.
Allah swt. memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar ia menyeru seluruh umat manusia mengikuti agama yang dibawanya, biar pun di mana saja mereka berada, dan bangsa apa pun dia agar dia menerangkan bahwa dia adalah rasul Allah yang diutus kepada mereka semua.
  • Keumuman risalah Muhammad saw. dinyatakan lagi oleh firman Allah swt.:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا
Artinya:
  • "Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan". (Q.S Saba' [34]: 28)
Dan firman Allah juga:
وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْءَانُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ
Artinya:
  • "Dan Alquran ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Alquran (kepadanya)". (Q.S Al An'am: 19)
Demikian pula hadist Nabi yang menerangkan keumuman risalahnya sebagai berikut:
قال صلى الله عليه وسلم: أعطيت خمسا لم يعط أحد من الأنبياء قبلي نصرت بالرعب مسيرة شهر وجعلت لي الأرض مسجدا وطهورا فأيما رجل من أمتي أدركته الصلاة فليصل وأحلت لي الغنائم ولم تحل لأحد قبلي وأعطيت الشفاعة وكان النبى يبعث إلى قومه خاصة وبعثت إلى الناس عامة
Artinya:

> "Telah diberikan kepadaku lima hal yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku.
  • Aku ditolong dengan memasukkan rasa takut kepada musuhku dalam jarak perjalanan sebulan, dan
  • dijadikan bagiku bumi sebagai mesjid (tempat salat) dan alat bersuci. Maka siapa saja dari umatku yang telah datang padanya waktu salat, maka hendaklah ia salat (di mana pun ia berada). 
  • Dan dihalalkan bagiku harta rampasan yang tidak dihalalkan kepada orang yang sebelumku,
  • diberikan kepadaku syafaat, dan nabi lain diutus kepada kaumnya saja sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya. (H.R Bukhari dan Muslim)
Dan Allah menerangkan keesaan-Nya, yaitu tidak ada Tuhan selain Dia, hanyalah Dia yang berhak disembah karena Dialah yang mengurus langit dan bumi, mengatur alam seluruhnya. Dia menghidupkan segala yang hidup dan mematikan segala yang mati. Dalam ayat ini diterangkan bahwa ada tiga sifat Tuhan yang utama; yaitu memiliki seluruh makhluk, mengurus dan mengatur seluruh alam dan yang ketiga ialah berhak disembah.

Mengenai ke-ESA-an Allah ada dua bentuk; yaitu:
  • Esa dalam menciptakan, memiliki, mengatur semesta alam, tidak ada sesuatu pun yang berserikat dengan-Nya.
  • Dan Esa dalam ibadat. Hanyalah Dia saja yang berhak disembah, hendaklah semua makhluk-Nya menghambakan diri hanya kepada-Nya.
Iman kepada Allah merupakan rukun pertama dari kepercayaan, kemudian kepada kerasulan Muhammad saw. kemudian kepada adanya hari berbangkit.
  • Tiga hal ini terkandung dalam perintah Tuhan selanjutnya, yaitu perintah kepada seluruh manusia agar beriman kepada Allah dan beriman kepada Nabi yang ummi yang mengajarkan Alquran dan hikmah serta membersihkan manusia dari segala unsur syirik dan kebodohan dalam kepercayaan, ia adalah rasul yang penghabisan yang diisyaratkan oleh kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi sebelumnya.
Rasul yang ummi itu memurnikan pengabdian kepada Allah, beriman kepada Kitab-kitab yang telah diturunkan kepada para nabi-Nya yang terdahulu. Setela perintah beriman, maka Allah mengiringi dengan perintah agar manusia melaksanakan semua syariat yang dibawa Nabi Muhammad saw.

BUKTI-BUKTI NUBUATAN DALAM AYAT TAURAT (Note dari Dokter Special Bedah) Silahkan Klik disini:
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=512564338754286&set=a.417032361640818.106127.368377259839662&type=1&theater
=====================================

NABI MUHAMMAD DALAM PERJANJIAN LAMA  
Didalam perjanjian lama, kita dapat pula menjumpai tentang Muhammad ini, misalnya dalam kitab Ulangan 18 :18 yang bunyinya:
  • "Maka pada masa itu berfirmanlah Allah kepadaku, benarlah perkataan mereka itu. Bahwa Aku akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi diantara segala saudara-saudaranya yang seperti engkau ya Musa. dan Aku akan memberikan segala firmanKu dalam mulutnya dan iapun akan mengatakan segala yang Kusuruh akan dia."  
Dalam ayat ini dijelaskan akan kedatangan seorang Nabi yang sebesar Nabi Musa, yang datangnya dari antara saudara-saudara Nabi Musa. Allah sudah terlalu kesal terhadap pembangkangan bangsa Israel. Itulah sebabnya Allah tidak lagl akan membangkitkan Nabi-nabinya dari keturunan Israel (Yahudi) tetapi dari pada saudara Israel, yaitu Arab.
  • Dalil ayat diatas Ini kuat, sebab kalau ditarik garis keturunan yang lurus, maka Nabi Musa adalah keturunan Ishak, sedangkan Nabi Muhammad adalah keturunan Ismail. Ishak dan Ismail adalah dua bersaudara anak Ibrahim.
Hal ini ditegaskan pula dalam kitab (Taurat Musa) Ulangan 33: 1-3 yang bunyinya:
  1. Bermula, maka inilah berkat yang telah diberikan Musa khalil Allah pada Bani Israil dahulu daripada matinya.
  2. Maka katanya: "Tuhan telah datang dari Thursina, dan telah terbit bagi mereka itu dari Seir. Kelihatanlah ia gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dengan Bukit Kades. Maka pada kanannya adalah tiang api bagi mereka itu."
  3. Bagaimana dikasihinya akan mereka itu, yaitu segala suku bangsa itu, segala kesuciannya dalam tangannya, dan mereka itu duduk dikakinya masing-masing akan mendapat perkataannya.  
> Didalam ayat 1 dijelaskan akan hikmah ini, suatu berkat, suatu kebahagiaan yang diberikan oleh Musa Khalil Allah untuk Bani Israil.
> Ayat ke-2 membicarakan lebih jauh isi dari hikmah ini, yaitu tentang tiga tempat: Thursina, Seir dan Paran.
  • Thursina adalah bukit dimana Nabi Musa a.s. mendapatkan dua log batu dan Tauratnya dari Allah, 
  • Seir menyebutkan suatu bukit ditanah Kanaan yang dalam hal ini menunjukkan dimana gerangan Nabi Isa a.s. akan lahir, yakni di Baitlahim, 
  • sedangkan tempat ketiga Paran namanya adalah menunjukkan di mana Nabi Muhammad akan lahir, sebab Paran itulah nama Mekkah yang aslinya. 
Pada tempat ketiga akan muncul seseorang. Siapakah Dia? Yaitu yang datang hampir atau mendekati Kades yang artinya Baitullah.
Alangkah hebatnya tiang yang muncul dari Paran ini, yaitu Tiang Api, (suatu kesalahan lagi.
Dalam Perjanjian Lama berbahasa Belanda disebutkan bukan tiang api, tetapi Hukum Api (Vuurwet) suatu unsur yang sanggup dan akan dapat membinasakan unsur-unsur kimia apapun didepannya, apakah ia baja sekalipun.
  • Jadi yang dimaksud dengan tiang atau hukum api, ialah sudah tentu munculnya suatu agama atau keyakinan yang sendi-sendinya sangat kuat, sebagaimana tiang api itupun kuat. 
Agama apakah yang muncul dari Paran?
Tidak ada duanya, selain agama ISLAM yang mempunyia 4 sendi yang kokoh yaitu 
> Tauhid (Keesaan Tuhan), 
> Ibadah (sembahyang dan puasa serta haji), 
> Muamalah (cinta sesama manusia, sosialis yang merata), dan 
> Akhlak (budi luhur manusia).   

Ayat ke-3 selanjutnya menggambarkan betapa bangsa itu lalu dikasihi oleh Allah, serta berkenan menerima perkataan-perkataan dari Dia, yang muncul dari Mekkah (Paran) itu. Kesimpulan yang diperoleh dari seluruh tafsiran ini, ialah:


  • "Dari MEKKAH akan datang Nabi itu, yaitu Nabi MUHAMMAD SAW"

Injil Barnabas Mengabarkan kedatangan Nabi Muhamad SAW
Injil Barnabas Mengabarkan kedatangan Nabi Muhamad SAW


Injil kuno yang diyakini sebagai "Injil Barnabas:
Injil kuno yang diyakini sebagai "Injil Barnabas

MENJAWAB FITNAH PEDOFIL, TERNYATA 'AISYAH DINIKAHKAN PADA USIA 19 TAHUN..!



Benarkah nabi Muhammad itu pedofilia ...??

Bila ada yang bilang nabi muhammad itu adalah seorang PEDOFILIA karena menikahi Aisyah di bawah umur..maka itu adalah FITNAH YANG AMAT KEJI.!!!

SESUAI FAKTA SEJARAH ...@ TERNYATA AISYAH BINTI ABU BAKAR DINIKAHKAN PADA USIA 19 TAHUN..@

BUKTI #1: PENGUJIAN TERHADAP NARASUMBER

Sebagian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak di hadits yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisyam ibnu `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari Bapaknya yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga.
  • Adalah aneh bahwa tak ada seorang pun yang di Madinah menceritakan hal ini, Hisyam ibnu `Urwah tinggal di Madinah sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Madinah termasuk Malik ibnu Anas yang masyhur, tidak menceritakan hal ini.
Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, di mana Hisyam tinggal disana dan pindah dari Madinah ke Iraq pada usia tua. Tahzibu at-Tahzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibnu Shaibah mencatat :
  • ”Hisyam sangat bisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq” (Tahzibu at-Tahzib, Ibnu Hajar Al-`Asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, h. 50).
Dalam pernyataan lebih lanjut bahwa Malik ibnu Anas menolak riwayat Hisyam yang dicatat dari orang-orang Iraq: ”Saya pernah diberitahu bahwa Malik menolak riwayat Hisyam yang dicatat dari orang-orang Iraq” (Tahzibu at-Tahzib, Ibnu Hajar Al-`Asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, Vol.11, h. 50). Mizanu al-I`tidal, buku lain yang berisi uraian riwayat hidup para periwayat hadist Nabi saw mencatat:
  • Ketika masa tua, ingatan Hisyam mengalami kemunduran yang mencolok” (Mizanu al-I`tidal, Al-Dzahabi, Al-Maktabatu’l-athriyyah, Sheikhupura, Pakistan, Vol. 4, h. 301).

KESIMPULAN: berdasarkan referensi ini, ingatan Hisyam sangatlah jelek dan riwayatnya setelah pindah ke Iraq sangat tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Siti Aisyah r.a. adalah tidak dapat dipercaya.

KRONOLOGI: Penting untuk mencatat dan mengingat tanggal penting dalam sejarah Islam:
  • Sebelum 610 M: Jahiliyah (era pra-Islam) sebelum turun wahyu.
  • 610 M: turun wahyu pertama dan Abu Bakar menerima Islam
  • 613 M: Nabi Muhammad s.a.w. mulai mengajar ke Masyarakat
  • 615 M: Hijrah ke Abyssinia.
  • 616 M: Umar bin al-Khattab menerima Islam.
  • 620 M: dikatakan Nabi s.a.w. meminang Aisyah
  • 622 M: Hijrah ke Yathrib, kemudian Yathrib dinamai Madinah al-Munawwarah
  • 623/624 M: dikatakan Nabi s.a.w. berumah tangga dengan Aisyah

BUKTI #2: MEMINANG
Menurut Thabari (juga menurut Hisyam ibnu `Urwah, Ibnu Hunbal dan Ibnu Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun.
Tetapi, di bagian lain, At-Thabari mengatakan:
  • ”Semua anak Abu Bakr (4 orang) dilahirkan pada masa Jahiliyah dari 2 isterinya” (Tarikhu al-umam wa al-muluk, At-Thabari, Vol. 4, h. 50, Arabic, Dara’l-fikr, Beirut, 1979).
Jika Aisyah dipinang thn 620 M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga tahun 623/624 M (usia 9 tahun), ini mengindikasikan bahwa Aisyah dilahirkan pada 613 M. Sehingga berdasarkan tulisan At-Thabari, Aisyah seharusnya dilahirkan pada 613 M, yaitu 3 tahun sesudah masa Jahiliyah usai (610 M). Thabari juga menyatakan bahwa Aisyah dilahirkan pada saat Jahiliyah.
Jika Aisyah dilahirkan pada era Jahiliyah, seharusnya minimal Aisyah berumur 14 tahun ketika dinikahi.
Intinya: Thabari mengalami kontradiksi dalam periwayatannya.
KESIMPULAN: At-Thabari tak dapat dipercaya mengenai umur Aisyah ketika menikah.

BUKTI #3: UMUR AISYAH JIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UMUR FATIMAH
Menurut Ibnu Hajar, ”Fatimah dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun… Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah” (Al-isabah fi tamyizi ash-shahabah, Ibnu Hajar al-Asqalani, Vol. 4, h. 377, Maktabatu’l-Riyadh Al-Haditha, Al-Riyadh,1978).
Jika pernyataan Ibnu Hajar faktual, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.
KESIMPULAN: Ibnu Hajar, Thabari, Ibnu Hisyam, dan Ibnu Humbal kontradiksi satu sama lain. Tetapi tampak nyata bahwa riwayat Aisyah menikah usia 7 tahun adalah mitos tak berdasar.

BUKTI #4: UMUR AISYAH DIHITUNG DARI UMUR ASMA’
Menurut Abdur Rahman ibnu Abi Zannad: ”Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah” (Siyar Al-a’lam An-nubala’, Al-Dzahabi, Vol. 2, h. 289, Arabic, Mu’assasatu’l-risalah, Beirut, 1992).
Menurut Ibnu Kathir: ”Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya [Aisyah]” (Al-Bidayah wa an-nihayah, Ibnu Kathir, Vol. 8, h. 371, Dar al-fikr al-`arabi, Al-Jizah, 1933).

Menurut Ibnu Kathir: ”Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut riwayat lainnya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau beberapa hari lebih dari 20 hari atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma meninggal, dia berusia 100 tahun” (Al-Bidayah wa An-nihayah, Ibnu Kathir, Vol. 8, h. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al-Jizah, 1933)

Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani: ”Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 atau 74 H.” (Taqribu At-tahdzib, Ibnu Hajar Al-Asqalani, h. 654,Arabic, Bab fi’l-nisa’, al-harfu’l-alif, Lucknow).
Menurut banyak ahli sejarah, Asma, saudara tertua dari Aisyah, berselisih usia 10 tahun dengan Aisyah. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun di tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (622 M). Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (ketika Aisyah berumah tangga), Aisyah seharusnya berusia 17 atau 18 tahun.

Jadi, Aisyah berusia 17 atau 18 tahun ketika hijrah pada tahun dimana Aisyah berumah tangga. Berdasarkan Ibnu Hajar, Ibnu Katir, dan Abdur Rahman ibnu Abi Zannad, usia Aisyah ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun. Dalam bukti # 3, Ibnu Hajar memperkirakan usia Aisyah 12 tahun dan dalam bukti #4 Ibnu Hajar mengkontradiksi dirinya sendiri dengan pernyataannya usia Aisyah 17 atau 18 tahun. Jadi mana usia yang benar? 12 atau 18 tahun?
KESIMPULAN: Ibnu Hajar TIDAK VALID dalam periwayatan usia Aisyah.

BUKTI #5: Perang BADAR dan UHUD
Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam Perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim (Kitabu Al-Jihad wa As-Siyar, Bab Karahiyati Al-Isti`anah fi Al-Ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu momen penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: ”ketika kita mencapai Shajarah”. Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar. Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu al-jihad wa as-siyar, Bab Ghazwi an-nisa’ wa qitalihinna ma`a ar-Rijal) : ”Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb].” Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud dan Badr. Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu al-Maghazi, Bab Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b) : ”Ibnu `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpartisipasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb.”
Berdasarkan riwayat di atas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, dan (b) Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud

KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.

BUKTI #6: SURAT AL-QAMAR (Bulan)
Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: ”Saya seorang gadis muda (“jariyah” dalam Bahasa Arab) ketika ayat ke-46 dari Surat Al-Qamar diturunkan” (Sahih Bukhari, Kitabu At-Tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu Adha’ wa Amarr).

Surat ke-54 (Al-Qamar) dari Al-Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum Hijriyah (The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 Masehi.
  • Jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 thn di tahun 623 M atau 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (“sibyah” dalam Bahasa Arab) pada saat Surat Al-Qamar diturunkan.
Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda (jariyah), bukan bayi yang baru lahir (sibyah) ketika pewahyuan Al-Qamar. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane’s Arabic English Lexicon). Jadi, Aisyah telah menjadi “ariyah” (gadis muda), BUKAN “sibyah” (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karena itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikahi nabi.

KESIMPULAN:
riwayat ini juga mengkontraskan riwayat pernikahan Aisyah yang berusia 9 tahun.


BUKTI #7: TERMINOLOGI BAHASA ARAB

Menurut riwayat dari Ahmad ibnu Hanbal, sesudah meninggalnya isteri pertama Rasulullah, Khadijah r.a., Khaulah datang kepada Nabi dan menasehati Nabi untuk menikah lagi, Nabi bertanya kepadanya tentang pilihan yang ada di pikiran Khaulah. Khaulah berkata:
”Anda dapat menikahi seorang gadis (bikr) ATAU seorang wanita yang pernah menikah (thayyib)”.
Ketika Nabi bertanya tentang identitas gadis tersebut (bikr), Khaulah menyebutkan nama Aisyah. Bagi orang yang paham bahasa Arab akan segera melihat bahwa kata “bikr” dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk gadis belia berusia 9 tahun.
  • Kata yang tepat untuk gadis belia yang masih suka bermain-main adalah, seperti dinyatakan di muka, adalah “jariyah”.
Di sisi lain, “Bikr” digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah serta belum punya pertautan pengalaman dengan pernikahan, sebagaimana kita pahami dalam kata Inggris “virgin“.
Oleh karena itu, tampak jelas bahwa gadis belia 9 tahun bukanlah “gadis” (bikr) (Musnad Ahmad ibnu Hanbal, Vol. 6, h.210, Arabic, Dar Ihya al-turath al-`arabi, Beirut).
Kesimpulan: Arti literal dari kata “bikr” (gadis) dalam hadist diatas adalah ”wanita dewasa yang belum punya pengalaman seksual dalam pernikahan.” Oleh karena itu, Aisyah adalah seorang wanita dewasa pada waktu Rasulullah Muhammad s.a.w. menikahinya.

BUKTI #8: TEKS AL-QUR’AN

Seluruh muslim setuju bahwa Al-Quran adalah buku petunjuk. Jadi, kita perlu mencari petunjuk dari Al-Qur’an untuk membersihkan kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam mengenai usia Aisyah dan pernikahannya. Apakah Quran mengijinkan atau melarang pernikahan dari gadis belia berusia 7 tahun? Tak ada ayat yang secara eksplisit mengijinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat, yang bagaimanapun, yang menuntun para muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim.

Petunjuk Qur’an mengenai perlakuan anak yatim juga valid diaplikasikan pada anak kita sendiri sendiri. Ayat tersebut mengatakan:

وَلاَ تُؤْتُواْ السُّفَهَاء أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللّهُ لَكُمْ قِيَاماً وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُواْ لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفاً
~ ”Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (QS An-Nisaa' [4]:5)

وَابْتَلُواْ الْيَتَامَى حَتَّىَ إِذَا بَلَغُواْ النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْداً فَادْفَعُواْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَ تَأْكُلُوهَا إِسْرَافاً وَبِدَاراً
 ~ ”Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.” (QS 4:6)

Dalam hal seorang anak yang ditinggal orang tuanya, seorang muslim diperintahkan untuk
(a) memberi makan mereka,
(b) memberi pakaian,
(c) mendidik mereka, dan
(d) menguji mereka terhadap kedewasaan “sampai usia menikah” sebelum mempercayakan mereka dalam pengelolaan keuangan.
Disini, ayat Al-Qur’an menyatakan tentang butuhnya bukti yang teliti terhadap tingkat kedewasaan intelektual dan fisik melalui hasil test yang obyektif sebelum memasuki usia nikah dan untuk mempercayakan pengelolaan harta-harta kepada mereka. Dalam ayat yang sangat jelas di atas, tidak ada seorangpun dari muslim yang bertanggungjawab akan melakukan pengalihan pengelolaan keuangan pada seorang gadis belia berusia 7 tahun.
Jika kita tidak bisa mempercayai gadis belia berusia 7 tahun dalam pengelolaan keuangan, gadis tsb secara tidak memenuhi syarat secara intelektual maupun fisik untuk menikah.

Ibnu Hambal (Musnad Ahmad ibnu Hambal, vol.6, h. 33 dan h. 99) menyatakan bahwa Aisyah yang berusia 9 tahun lebih tertarik untuk bermain dengan mainannya daripada mengambi tugas sebagai isteri. Oleh karena itu sangatlah sulit untuk mempercayai, bahwa Abu Bakar, seorang tokoh muslim, akan mempertunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 tahun dengan Nabi yang berusia 50 tahun. Sama sulitnya untuk membayangkan bahwa Nabi menikahi seorang gadis belia berusia 7 tahun.

Sebuah tugas penting lain dalam menjaga anak adalah mendidiknya. Marilah kita memunculkan sebuah pertanyaan,
  •  ”berapa banyak di antara kita yang percaya bahwa kita dapat mendidik anak kita dengan hasil memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 atau 9 tahun?”
  • Jawabannya adalah NOL BESAR.
Logika kita berkata adalah tidak mungkin tugas mendidik anak kita dengan memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 tahun, lalu bagaimana mungkin kita percaya bahwa Aisyah telah dididik secara sempurna pada usia 7 tahun seperti diklaim sebagai usia pernikahannya?
Abu Bakar merupakan seorang yang jauh lebih bijaksana dari kita semua, jadi dia akan merasa dalam hatinya bahwa Aisyah masih seorang anak-anak yang belum secara sempurna sebagaimana dinyatakan Qur’an. Abu Bakar tidak akan menikahkan Aisyah kepada seorangpun. Jika sebuah proposal pernikahan dari gadis belia dan belum terdidik secara memuaskan datang kepada Nabi, Beliau akan menolak dengan tegas karena itu menentang hukum-hukum Al-Quran.
Kesimpulan: Pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun akan menentang hukum kedewasaan yang dinyatakan Al-Quran. Oleh karena itu, cerita pernikahan Aisyah gadis belia berusia 7 tahun ADALAH MITOS SEMATA.

BUKTI #9: IJIN DALAM PERNIKAHAN

Seorang wanita harus ditanya dan diminta persetujuan agar pernikahan yang dia lakukan menjadi syah (Mishakat al Masabiah, translation by James Robson, Vol. I, h. 665).
Secara Islami, persetujuan yang kredible dari seorang wanita merupakan syarat dasar bagi keabsyahan sebuah pernikahan. Dengan mengembangkan kondisi logis ini, persetujuan yang diberikan oleh gadis belum dewasa berusia 7 tahun tidak dapat diautorisasi sebagai validitas sebuah pernikahan. Adalah tidak terbayangkan bahwa Abu Bakar, seorang laki-laki yang cerdas, akan berpikir dan menanggapi secara keras tentang persetujuan pernikahan gadis 7 tahun (anaknya sendiri) dengan seorang laki-laki berusia 50 tahun.
Serupa dengan ini, Nabi tidak mungkin menerima persetujuan dari seorang gadis, yang menurut hadits dari Muslim, masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika berumah tangga dengan Rasulullah.
KESIMPULAN: Rasulullah Muhammad s.a.w. TIDAK MENIKAHI gadis berusia 7 tahun karena tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan Islami tentang klausa persetujuan dari pihak isteri. Oleh karena itu, hanya ada satu kemungkinan yaitu: Nabi menikahi Aisyah saat dia seorang wanita yang dewasa secara intelektual maupun fisik.

RANGKUMAN:
Tidak ada tradisi Arab untuk menikahkan anak perempuan atau laki-laki yang berusia 7 tahun. Demikian juga tidak ada pernikahan Rasulullah s.a.w. dan Aisyah ketika berusia 7 tahun. Orang-orang Arab tidak pernah keberatan dengan pernikahan ini, karena hal ini tak pernah terjadi sebagaimana isi beberapa riwayat.
  • Jelas nyata, riwayat pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun oleh Hisyam ibnu `Urwah,  TIDAK BISA DIANGGAP SEBAGAI KEBENARAN, DAN BERTENTANGAN DENGAN RIWAYAT-RIWAYAT LAIN.
  • Lebih jauh, tidak ada alasan yang nyata untuk menerima riwayat Hisyam ibnu `Urwah sebagai kebenaran ketika para pakar lain, termasuk Malik ibnu Anas, melihat riwayat Hisyam ibnu `Urwah selama di Iraq adalah tidak dapat dipercaya.
  • Pernyataan-pernyataan dari Tabari, Bukhari dan Muslim menunjukkan mereka saling bertentangan satu sama lain mengenai usia menikah bagi Aisyah. Lebih jauh, beberapa pakar periwayat mengalami kontradiksi internal dengan riwayat-riwayatnya sendiri. Jadi, riwayat usia Aisyah 7 tahun ketika menikah adalah tidak dapat dipercaya karena adanya kontradiksi2 yang nyata pada catatan klasik dari pakar2 sejarah Islam.
Oleh karena itu, tidak ada alasan absolut untuk menerima dan mempercayai usia Aisyah 7 tahun ketika menikah sebagai sebuah kebenaran disebabkan cukup banyak latar belakang untuk menolak riwayat tsb dan lebih layak disebut sebagai mitos semata.
Bahkan, Al-Qur’an menolak pernikahan gadis dan lelaki yang belum dewasa, sebagaimana tidak layak membebankan kepada mereka tanggung jawab-tanggung jawab orang dewasa.
 Sebenarnya Nabi Muhammad s.a.w. menikahi Siti Aisyah r.a. saat beliau berusia 19 tahun.!!

KUPAS TUNTAS TRINITAS....



Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Telah umum dalam pemahaman orang-orang Kristen bahwa Tuhan dikonsepkan menjadi 3 oknum, yaitu : Tuhan BAPA (God the Father), Tuhan ANAK (Jesus the Christ) dan Tuhan ROH KUDUS (The Holy Spirit); Dan ketiga-tiga oknum ini didalam keyakinan mereka merupakan SEHAKIKAT dan SATU DALAM KESATUANNYA.

  • Adanya kehadiran JESUS yang disebut sebagai Tuhan anak (The Son of God) didalam salah satu unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya dipandang sebagai kiasan (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang sebenarnya.
  • Oleh karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti yang sebenarnya, maka perkataan “Tuhan Bapa” menjadi benar.
  • disini seharusnya juga digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan demikian pemahaman ini
Namun hal ini akan menjadikan suatu hal yang mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !
  • Karena diri "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah MUSTAHIL akan memiliki suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu itu juga.
Sebab pada
  • ketika "zat" yang satu itu disebut anak, >> tidak dapat ketika itu juga "zat" yang satu ini disebut sebagai Bapa. 
Begitupula sebaliknya, yaitu
  • pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa, tidak dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari Bapa itu.
Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka dimanakah zat anak ?
Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata DIA (yaitu kata ganti yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya, dan kata ZAT dalam konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat dibagi menjadi zat zair, padat dan gas.

Oleh karena dunia Kristen memiliki konsep pluralitas Tuhan dalam satu zat, maka disini telah terjadi suatu dilema yang sukar dan untuk menjawab hal ini, mereka selalu melarikan diri pada jawaban klise: "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan."

Suatu pernyataan yang mencoba menutupi ketidak berdayaan penganut Kristen didalam memberikan pemahaman mengenai doktrin keTuhanan mereka yang bertentangan dengan akal sehat.
  • Disatu sisi mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun pada sisi lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain sebagai Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan itu tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan bukan Monotheisme).
  • Begitu pula dengan masuknya unsur ketuhanan yang ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum ketuhanan yang satu menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga mau tidak mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan (prinsip Monotheisme) akan menjadi sirna.
@ Khusus mengenai diri Tuhan Roh Kudus sendiri, didalam kitab Bible (di-Indonesia sering disebut al-kitab) kadangkala digambarkan sebagai api, sebagai burung dan lain sebagainya. Dan Tuhan Roh Kudus ini menurut kitab Perjanjian Lama (bagian awal dari al-Kitab) sudah seringkali hadir ditengah-tengah manusia, baik sebelum kelahiran Jesus, masa keberadaan Jesus ditengah para murid-muridnya hingga masa-masa setelah ketiadaan Jesus pasca penyaliban.

Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa unsur Tuhan sudah terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap dikatakan masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga terjadilah zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan zat Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus.
  • Pertanyaannya sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ?
  • Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka dimanakah Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? 
  • Oleh sebab itu haruslah disana terdapat tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda.
Sebab yang memperbedakan oknum yang pertama dengan oknum yang kedua adalah ‘ke-anakan’ dan ‘ke-Bapaan’.
Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !  Jadi nyata kembali bahwa Tuhan SUDAH TIDAK Esa lagi.
  • Oleh karena itulah setiap orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan benar akan menganggap bahwa ajaran Trinitas, BUKANLAH bersifat MONOTHEISME atau meng-ESAkan Tuhan MELAINKAN lebih condong kepada paham POLYTHEISME (sistem kepercayaan banyak Tuhan).
  • Dengan begitu, maka nyata sudah bahwa ajaran itu bertentangan dengan ajaran semua Nabi-nabi yang terdahulu yang mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah ESA dalam arti yang sebenarnya.
Kita dapati dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru (khususnya 4 Injil) sampai kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur'an, TIDAK DIDAPATI konsep PLURALITAS ketuhanan sebagaimana yang ada pada dunia Kristen itu sendiri.

Pada masanya, Adam tidak pernah menyebut bahwa Tuhan itu ada TIGA, demikian pula dengan Abraham, Daud, Musa, dan nabi-nabi sebelum mereka ..> sampai pada Jesus sendiri juga TIDAK PERNAH mengajarkan asas ke-Tritunggalan Tuhan, > apalagi dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.

  • Lebih jauh lagi bila kita analisa konsep Trinitas ini menyebutkan bahwa oknum Tuhan yang pertama terbeda dengan Ke-Bapaan, karena itu ia disebut sebagai Tuhan Bapa (Dia dianggap sebagai Tuhan yang lebih tua), 
  • sementara oknum Tuhan kedua terbeda dengan Keanakan yang lahir menjadi manusia bernama Jesus dalam pengertian singkatnya bahwa Tuhan anak.. baru ada setelah adanya Tuhan Bapa, karena itu ia disebut sebagai "sang anak".
  • Hal yang paling menarik lagi adalah tentang oknum Tuhan ketiga yaitu Roh Kudus.. yang justru terbeda sifatnya dengan keluarnya bagian dirinya dari Tuhan Bapa dan Tuhan anak, sehingga.. Bapa bukan anak dan anak bukan pula Bapak atau Roh Kudus.
Apabila sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada satu oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat oknum tersebut. Misalnya, satu oknum memiliki perbedaan dan keistimewaan menjadi anak, maka zatnya harus turut menjadi anak.
Artinya zat itu adalah zat anak, sebab oknum tersebut tidak dapat terpisah daripada zatnya sendiri. Apabila perbedaan dan keistimewaan itu ada pada zatnya, maka ia harus adapula pada zat Tuhan, karena zat keduanya hanya satu.

Oleh karena sesuatu tadi menjadi perbedaan dan keistimewaan pada satu oknum maka ia tidak mungkin ada pada oknum yang lain.
  • Menurut misal tadi, keistimewaan menjadi anak tidak mungkin ada pada oknum Bapa.
  • Apabila ia tidak ada pada oknum Bapa, maka ia tidak ada pada zatnya.
  • Apabila ia tidak ada pada zatnya, maka ia tidak ada pada zat Allah.
  • Karena zat Bapa dengan zat Tuhan adalah satu (unity).
Dengan demikian terjadilah pada saat yang satu, ada sifat keistimewaan tersebut pada zat Tuhan dan tidak ada sifat keistimewaan itu pada zat Tuhan.

Misalnya, Tuhan anak lahir menjadi manusia.
  • Apabila Tuhan anak menjadi manusia, maka zat Tuhan Bapa harus menjadi manusia karena zat mereka satu (sesuai dengan prinsip Monotheisme). 
  • Namun kenyataannya menurut dunia kekristenan bahwa Tuhan Bapa tidak menjadi manusia. Dengan demikian berarti zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia.
Maka pada saat zat Tuhan Allah akan disebut menjadi manusia dan zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia, maka ini menjadi dua yang bertentangan dan suatu konsep yang mustahil.
  • Ajaran Trinitas yang mengakui adanya Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus hanya dapat dipelajari dan dapat diterima secara baik hanya jika dunia Kristen mendefenisikannya sebagai 3 sosok Tuhan yang berbeda dan terlepas satu sama lainnya, dalam pengertian diakui bahwa Tuhan bukan Esa, melainkan tiga (Trialisme).
Siapapun tidak akan menolak bahwa Tuhan bersifat abadi, Alpha dan Omega, tidak berawal dan tidak berakhir,
.... namun keberadaan Tuhan yang menjadi anak dan lahir dalam wujud manusia telah memupus keabadian sifat Tuhan didalam dunia Kristen, karena nyata ada Bapa dan ada anak alias telah ada Tuhan pertama yang lebih dulu ada yang disebut sebagai Tuhan tertinggi dan ada pula Tuhan yang baru ada setelah Tuhan yang pertama tadi ada.
Akal manusia dapat membenarkan, jika Bapa dalam pengertian yang sebenarnya harus lebih dahulu ada daripada anaknya.
Akal manusia akan membantah bahwa anak lebih dahulu daripada Bapa atau sang anak bersama-sama ada dengan Bapa, sebab bila demikian adanya tentu tidak akan muncul istilah Bapa maupun anak.
Apabila Tuhan Bapa telah terpisah dengan Tuhan anak dari keabadiannya, maka Tuhan anak itu tidak dapat disebut ‘diperanakkan’ oleh Tuhan Bapa.
sebab Tuhan Bapa dan Tuhan anak ketika itu sama-sama abadi, Alpha dan Omega, sama-sama tidak berpermulaan dan tidak ada yang lebih dahulu dan yang lebih kemudian hadirnya. Apabila ia disebut diperanakkan, maka yang demikian menunjukkan bahwa ia adanya terkemudian daripada Bapa. Karena sekali lagi, anak yang sebenarnya harus ada terkemudian daripada Bapa yang sebenarnya.
  • Apabila antara Tuhan Bapa serta Tuhan anak telah terbeda dari kekekalan, maka Tuhan Roh Kudus pun telah terbeda pula dari kekekalannya masing-masing, mereka bukan satu kesatuan tetapi 3 unsur yang berbeda.
Kenyataan ini justru didukung penuh oleh kitab Perjanjian Baru sendiri, bukti pertama bisa kita baca dalam Injil karangan Matius pasal 3 ayat 16 sampai 17 :
~ "Sesudah dibaptis, Jesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia (Jesus) melihat Roh Allah seperti burung merpati hinggap ke atasnya, lalu terdengarlah suara dari sorga (apakah sorga = langit? :-red) yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Matius 3:16-17)
  • Pada ayat diatas secara langsung kita melihat keberadaan 3 oknum dari zat Tuhan yang berbeda secara bersamaan, yaitu satu dalam wujud manusia bernama Jesus dengan status Tuhan anak, satu berwujud seperti burung merpati (yaitu Tuhan Roh Kudus) dan satunya lagi Tuhan Bapa sendiri yang berseru dari sorga dilangit yang sangat tinggi.
Dengan berdasar bukti dari pemaparan Matius diatas, bagaimana bisa sampai dunia Kristen mempertahankan argumentasi paham Monotheisme didalam sistem ketuhanan mereka ?

Bukti lainnya yang menunjukkan perbedaan antara masing-masing zat Tuhan didalam dunia Kristen yang semakin membuktikan keterpisahan antara Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya dalam kemanunggalan mereka.
  • "Maka kata Jesus sekali lagi: Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus aku, demikian juga sekarang aku mengutus kamu !; dan sesudah berkata demikian, ia (Jesus) menghembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus" !." (Johanes 20:21-22)
Ayat Johanes diatas sebagaimana juga Matius pasal 3 ayat 16 dan 17, memaparkan mengenai keterbedaan zat Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus sehingga semakin jelas bahwa antara Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus tidak ada ikatan persatuan dan tidak dapat disebut Tuhan yang Esa, masing-masing Tuhan memiliki pribadinya sendiri, inilah sistem kepercayaan banyak Tuhan (Pluralisme ketuhanan) sebagaimana juga yang diyakini oleh orang-orang Yunani maupun Romawi tentang keragaman dewa-dewa mereka.

  • Konsep ini sama dengan konsep 3 makhluk bernama manusia, ada si Amir sebagai Bapa, ada si Jhoni sebagai anak dan adapula si Robin sebagai Roh Kudus, 
  • ketiganya berbeda pribadi namun tetap memiliki kesatuan, yaitu satu dalam wujud, sama-sama manusia, tetapi apakah ketiganya sama ? Tentu saja tidak, mereka tetaplah 3 orang manusia.
  • Tuhan Bapa, Tuhan anak maupun Tuhan Roh Kudus adalah sama-sama Tuhan namun mereka tetap 3 sosok Tuhan yang berbeda, inilah sebenarnya konsep yang terkandung dalam paham Trinitas atau Tritunggal pada dunia Kristen.
Sebagai akhir dari Bab ini, maka kita kemukakan dua hal penting lain sebagai pengantar pemikiran kritis bagi orang-orang yang meyakini ide Trinitas dan mempercayai akan kemanunggalan Jesus dengan Allah.

Pertama,
  • dunia Kristen Trinitas meyakini bahwa Jesus merupakan anak Tuhan sekaligus Tuhan itu sendiri yang lahir menjadi manusia untuk menerima penderitaan diatas kayu salib demi menebus kesalahan Adam yang telah membuat jarak yang jauh antara Tuhan dengan manusia.
Sekarang, bila memang demikian adanya,
>> bisakah anda menyatakan bahwa pada waktu penyaliban terjadi atas diri Jesus maka ..
  • pada saat yang sama Tuhan Bapa (Allah) telah ikut tersalibkan ? Dan..
bisakah anda menyatakan bahwa pada waktu Yesus menyerahkan nyawanya (LUK 23:46) ...maka ..
  • pada saat yang sama Tuhan Bapa (Allah) juga telah ikut wafat ?
Hal ini perlu diangkat sebagai acuan pemikiran yang benar, bahwa ketika Tuhan telah memutuskan diri-Nya untuk terlahir dalam bentuk manusia oleh perawan Maria,  maka secara otomatis antara Jesus dengan Tuhan Bapa tidak berbeda, yang disebut Jesus hanyalah phisik manusiawinya saja tetapi isi dari ruhnya adalah Tuhan sehingga hal ini menjadikan diri Jesus disebut Tuhan anak.

Dalam keadaan apapun selama tubuh jasmani Jesus masih hidup dan melakukan aktivitas layaknya manusia biasa, pada waktu itu Ruh Tuhan pun tetap ada dalam badan jasmani tersebut dan tidak bisa dipisahkan, sebab jika Ruh Tuhan telah keluar dari badan kasarnya maka saat itu juga Jesus mengalami kematian, karena tubuh jasmani telah ditinggalkan oleh ruhnya.
  • Jadi logikanya, sewaktu tubuh jasmaniah Jesus disalibkan, maka zat Tuhan juga telah ikut tersalib, artinya secara lebih gamblang, Tuhan Bapa telah ikut disalib pada waktu bersamaan (sebab mereka satu kesatuan). 
  • Jadi logikanya, sewaktu tubuh jasmaniah Jesus meninggal, maka zat Tuhan juga telah ikut meninggal, artinya secara lebih gamblang, Tuhan Bapa telah ikut meninggal pada waktu bersamaan (sebab mereka satu kesatuan).
  • Pada waktu tubuh jasmani Jesus bercakap-cakap dengan para murid serta para sahabat lainnya maka pada waktu yang bersamaan sebenarnya Tuhan-lah yang melakukannya dibalik wadag tersebut.
Dan sekarang bila Jesus mengalami kejadian-kejadian tertentu seperti mengutuki pohon Ara karena rasa laparnya namun ia tidak menjumpai apa-apa disana selain daun (Matius 21:18-19) maka hal ini menyatakan ketidak tahuan dari diri Jesus mengenai segala sesuatu dan implikasinya bahwa Tuhan yang mengisi jiwa dari wadag manusia Jesus pun bukanlah Tuhan yang sebenarnya, sebab ia tidak bersifat maha mengetahui sedangkan pencipta alam semesta ini haruslah Tuhan yang mengenal ciptaan-Nya sekalipun itu dalam wujud makhluk paling kecil dan hitam yang tidak tampak secara kasat mata berjalan pada malam yang paling kelam sekalipun.
  • Dan pada waktu Jesus merasa sangat ketakutan sampai peluhnya membasahi sekujur tubuhnya bagaikan titik-titik darah yang berjatuhan ketanah (Lukas 22:44) maka pada saat yang sama kita menyaksikan Tuhan yang penuh kecacatan, betapa tidak, Tuhan justru frustasi dan kecewa sampai Dia mau mati (Matius 26:38) akibat ketakutan-Nya kepada serangan para makhluk ciptaan-Nya sendiri yang seharusnya justru menjadi lemah dan bukan ancaman menakutkan dimata Tuhan.
Dan didetik-detik tersebut kita dapati pada Matius pasal 26 ayat 36 sampai 39 Jesus telah memanjatkan doa yang ditujukan kepada Tuhan.
  • Sungguh suatu kejanggalan yang sangat nyata sekali, betapa Tuhan telah menjadi makhluk dalam bentuk manusia dan Tuhan itu masih memerlukan bantuan dari pihak lain (dalam hal ini Tuhan itu butuh bantuan Tuhan juga), disinilah sebenarnya kita melihat kenyataan bahwa Jesus itu sendiri bukan Tuhan, dia hanyalah makhluk dan sebagai makhluk maka seluruh dirinya terlepas dari unsur-unsur ketuhanan, baik jasmani maupun rohaninya.
Karena itu dia pasti membutuhkan bantuan Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang Maha Tahu, Tuhan yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu dari ciptaan-Nya serta Tuhan yang Maha Gagah.

Silahkan anda sebagai penganut paham Trinitas memikirkan hal-hal ini secara lebih kritis lagi.
Adapun sekarang hal kedua yang ingin saya kemukakan sebagai penutup Bab pertama ini adalah sehubungan kembali dengan dakwaan Trinitas akan kemanunggalan Jesus dengan Tuhan dan mereka itu dianggap sebagai satu kesatuan, sehingga Jesus disebut sebagai Tuhan itu sendiri (makanya dikenal sebagai Tuhan Jesus).

Dalam banyak kitab dan pasal pada Perjanjian Baru, kita sebut saja misalnya Matius 26:64, Kisah Para Rasul 7:55-56, Roma 8:34 dan sebagainya telah disebut
> bahwa Jesus sebagai Tuhan anak telah duduk disebelah kanan Tuhan Bapa,<  artinya...: >  mereka berdua (antara Tuhan Bapa dengan Tuhan anak) merupakan dua Tuhan yang berbeda,  > tidakkah ini menyalahi sendiri konsep kemanunggalan Jesus pada Tuhan Bapa yang diklaim oleh pihak Trinitas sendiri ?

Bukankah semakin jelas kita melihat ada dua Tuhan dan bukan satu Tuhan, dan jika paham satu Tuhan disebut sebagai Tauhid atau Monotheisme maka sistem banyak Tuhan (lebih dari satu Tuhan) disebut sebagai Pluralisme Tuhan atau Polytheisme.

Semoga hal ini bisa membawa anda kepada pemikiran yang benar, logis serta penuh kedamaian kembali kepada ajaran yang bisa anda terima secara lurus... Agama ISLAM yaitu agama yang Lurus... warisan dari Nabi Ibrahim yang Hanif..!


Wassalam,

(Oleh: Armansyah)



BATHIL-lnya Konsep Trinitas dalam Nashrani

Ada beberapa landasan penting dalam ajaran agama KRISTIANI, salah satunya yang paling pokok adalah doktrin trinitas atau disebut juga TRITUNGGAL, ini merupakan doktrin yang wajib diimani oleh para penganut Nashrani (baik itu Katolik, Protestan maupun Ortodoks) karena ini adalah tonggak ajaran ketuhanan bagi mereka. Namun jika kita bandingkan dengan ajaran Islam di mana landasan utamanya (masalah aqidah), khususnya yang berkenaan dengan Uluhiyyah sangatlah jelas dan mudah dipahami, dalil-dalinya tak terhitung banyaknya baik dalam al-Qur’an maupun hadits.

Namun tidak demikian adanya dalam agama Nashrani / Kristiani , justru pada doktrin ketuhananlah yang paling sulit untuk dipahami dan dicerna. Padahal seharusnya ini tidak boleh terjadi karena ketuhanan adalah pondasi yang paling dasar yang dibangun diatasnya ajaran-ajaran lain.

Apa itu Doktrin Trinitas?
Di dalam kamus kitab muqoddas, trinitas didefinisikan sebagai berikut:
  • beriman pada Tuhan yang satu Bapa, anak (Yesus Kristu) dan Roh Kudus, Tuhan yang satu, zat yang satu pula, dan kesemunya adalah sama dalam hal kekuasaan, kekuatan dan kemulyaan.
Penting untuk diketahui bahwa doktrin trinitas bukanlah ajaran asli Nashrani, karena ajaran asli Nashrani adalah ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Isa ‘alaihis salam yang menyeru bani Israel untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukannya, sama seperti ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya.

Masuknya konsep trinitas ke dalam agama Nashrani berasal dari “ajaran paganism” yang telah ada pada saat itu baik di barat maupun di timur, dan tidak bisa dipungkiri pula bahwa ajaran filsafat yunani pagan juga memiliki andil dalam merusak kemurnian agama Nashrani.

Adapun secara resmi trinitas menjadi doktrin Nashrani secara bertahap jauh setelah masa Isa ‘alaihis salam, dimulai dari konsili nicea pertama pada tahun 325 M, yang diadakan untuk menyelesaikan perpecahan di antara kaum Nashrani sendiri tentang hakikat Yesus kristus, apakan ia hanya seorang Rasul (utusan Allah) ataukah memiliki sifat ketuhanan.
Dan akhirnya konsili ini memutuskan bahwa Yesus bukanlah ciptaan melainkan memiliki substansi yang sama dengan Tuhan Bapa, kemudian beberapa tahun setelahnya tepatnya tahun 381 M diadakan konsili konstatinopel pertama, di sana salah satu keputusannya adalah Roh kudus juga memiliki substansi ketuhanan, nah dengan ini maka lengkaplah ajaran trinitas kristiani, Tuhan bapa, anak dan roh kudus.
Sehingga kesimpulannya adalah Yesus Kristus dan Roh kudus diangkat menjadi Tuhan berdasarkan hasil musyawarah di antara para pembesar agama Nashrani.

Di sini timbullah petanyaan besar di benak kita, bagaimana mungkin dasar utama aqidah keimanan yang seharusnya menjadi wewenang Allah untuk menjelaskannya ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah manusia.??? Al-Qur’an Menyeru Kaum Nashrani dan Membantah Trinitas.
  • Agama Nashrani adalah agama yang ajarannya telah banyak dirubah dan diselewangkan dari asalnya ditambah dengan ajaran-ajaran yang berasal dari luar nasaraniyah dan dimasukan ke dalamnya, sehingga ia semakin jauh dan tenggelam ke dalam kesesatan.Trinitas sendiri adalah ajaran syirik dan kufur,
banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang membantah ajaran sesat Nashrani, dan menyeru mereka untuk kembali kefitroh dan mengikuti agama yang haq agama Islam.  > diantaranya firman Allah:
(يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا)
  • “Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu  [383], dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara” (QS. An Nisa’: 171).
Al-Qur’an juga telah menegaskan kufurnya doktrin trinitas ini, dan mengacam para penganutnya dengan azab yang pedih,
(لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ)
  • " Sesungguhnya KAFIRLAH orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. Al Maidah: 73)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala juga berfirman,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ
  • "Sesungguhnya telah KAFIRLAH orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al masih putera Maryam”. (QS. Al Maidah: 17)
Bahkan Nabi Isa ‘alaihis salam sendiri telah berlepas diri dari kekufuran dan kesesatan orang-orang Nashrani sebagaimana dalam firman Allah SWT:

(وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ)
  • Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?”. 
  • ISA menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. (QS. Al Maidah: 116)

@@ Bagaimana dengan Al Kitab?


Yang pertama sekali harus kita yakini berkenaan dengan Al Kitab adalah bahwasanya kitab suci baik itu Taurat maupun Injil  ~ tidaklah terjamin keasliannya ~ sebagaimana diturunkan kepada Nabi Musa dan Isa ‘alaihimas salam,
  • Allah ta’ala TIDAK memberikan jaminan penjagaan keduanya dari perubahan sebagaimana pada Al Qur’an.
  • Allah ta’ala sendiri telah mengabarkan bahwa -para ahli kitab telah melakukan perubahan pada Al Kitab- baik berupa tambahan maupun pengurangan, sehingga sering ditemukan kontradiksi antara ayat yang satu dengan yang lain, 
Rasulullah shallallah alaihi wa sallam memberi kita petunjuk bagaimana menyikapi alkitab dalam sabdanya:
  • “Bila datang ahlu kitab memberi kabar kepada kalian (tentang Al Kitab) maka JANGANLAH kalian percayai ataupun kalian dustai, tapi katakanlah kami beriman kepada Allah dan Rasuln-Nya” (HR. Abu Daud).
Yang kedua bahwasanya seluruh kitab suci sebelum Rasulullah shallallah alaihi wa sallam telah mansukh (terhapus) sehingga tidak lagi menjadi pedoman setelah turunnya Al Qur’an.

Mari kita kembali ke pokok bahasan kita, Al Kitab yang diimani oleh orang-orang Nashrani terdiri dari dua bagian, pertama adalah perjanjian lama yakni Taurat yang terdiri dari banyak kitab, dan Taurat juga merupakan kitab suci bagi kaum yahudi, sedangkan bagian kedua adalah perjanjian baru yakni Injil yang juga terdiri dari beberapa kitab.
  • Di dalam perjanjian lama (Taurat), tidak ada satu pun nash yang jelas yang menjelaskan atau menyeru kepada ajaran trinitas, bahkan perjanjian lama tidak pernah mengajarkan doktrin trinitas, 
  • bukti yang paling jelasa adalah tidak adanya satupun orang yahudi yang beriman pada doktrin ini.
Adapun perjanjian baru (injil), doktrin trinitas kebanyakan hanya berupa isyarat-isyarat tidak secara langsung, adapun bukti tentang trinitas yang paling jelas ada dalam injil matius 28: 19:> “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
Akan tetapi, bila diamati secara seksama kutipan injil ini bukan menjelaskan bahwa Allah, Kristus dan roh kudus membentuk satu keilahiyan atau ketuhanan yang satu, yaitu ketiganya sama dalam bentuk kekekalan dan kekuasaan sebagaimana maksud dari doktrin trinitas.
  • Justru malah sebaliknya ayat ini menunjukkan tiga wujud yang berlainan, sama halnya ketika kita menyebut tiga orang: Budi, Andi dan Bambang, misalnya.
Di sisi lain ada juga ayat-ayat di dalam perjanjian baru yang menyebutkan perkataan dari Yesus kristus yang justru maknanya bersebrangan dengan doktrin trinitas, diantaranya adalah:
Matius 23: 9-10 :
> “Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga, Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias”
kedua ayat ini jelas-jelas dengan gamblang menyeru untuk mengesakan Tuhan, kemudian menekankan posisi Yesus kristus hanya sebagai seorang pemimpin bukan Tuhan, dan dalam terjemah inggris disebut sebagai master yang artinya guru.
Lukas 23: 46 > “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawaku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawanya”, ...!
  • ayat ini akan menjadi ruwet maknanya bila dibawa pada doktrin trinitas, bila Yesus juga adalah wujud dari Tuhan, 
  • kepada siapakah ia berseru dengan suara lantang itu? Apakah kepada dirinya sendiri? 
  • Apa gunanya ia berteriak pada dirinya sediri? Justru Tuhan yang tunggallah yang dipanggil oleh Yesus dalam ayat ini.
Yohenes 14: 24 ~ ”Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku”, > di sini sangat gamblang bagaimana Yesus menjelaskan bahwa hakekat dirinya hanyalah seorang utusan yang diutus untuk membawa firman dari Tuhan, dan lihat pula bagaimana ia dengan tegas menyatakan bahwa firman-firman itu bukan dari dirinya karena dirinya bukanlah Tuhan.

Dan ayat yang paling jelas tentang keesaan Allah dan kedudukan Yesus yang hanya sebagai utusan Allah ada pada Yohanes 17: 3 :“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”, sungguh sangat bertolak belakang doktrin trinitas dengan ayat ini.

Demikianlah beberapa contoh ayat dari perjanjian baru yang sangat kontradiktif dengan doktrin trinitas yang diyakini dan diimani oleh kaum Nashrani, dari sini kita bisa mengambil pelajaran berharga yakni betapa jauhnya orang-orang Nashrani dari petunjuk dan betapa jauhnya mereka tersesat dalam kebathilan sehingga mereka binasa di dalamnya wal’iyadzu billah, sungguh maha benar firman Allah ta’ala,

)فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
  • “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”(QS. Ash-Shaf: 5)
Dan sebagai penutup dari tulisan ini mari kita perkuat ketauhidan serta keimanan kita dengan selalu memohon kepada Allah ta’ala taufiq dan istiqomah di atas kebenaran.

Mari kita selalu merenungkan serta mentadabburi firman Allah dalam surat al-Ikhlash di mana Allah ta’ala menegaskan aqidah tauhid, aqidah yang benar

,1-قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4) 
  • Katakanlah: 
  • “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
  • Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
  • Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
  • dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4) 
========================
Referensi:
  • Ushulul Masihiyyah Kama Yushowwiruhal Qur’an, Daud Ali al-Fadhili, terbitan Dar Zahron, tahun 2008.
  • Adhwa’ alal Masihiyyah, Yusuf Syalabi, terbitan Dar Al-Kuwaitiyyah, cetakan ketiga tahun 1973.
  • Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, tahun 2011.

PANDANGAN AL-QUR’AN TENTANG KEABSAHAN FIRMAN TUHAN






  • BENARKAH ALKITAB-BIBEL ADALAH SEPENUHNYA FIRMAN ALLAH.. TUHAN YANG MENGUTUS SELURUH NABI & RASUL DARI MASA KEMASA..??
Ketika kita harus menjawab pertanyaan tersebut, kita haruslah memulai dengan satu hal yang sangat mendasarinya, yaitu : untuk tujuan apakah manusia diciptakan..? karena adanya kitab suci, dan harus asli, terkait erat dengan tujuan penciptaan manusia.
  • Apakah Tuhan menciptakan manusia hanya untuk lahir..? dewasa..? beraktifitas..? menikah..? mempunyai keturunan..? tua..? mati..? lalu kemudian musnah tidak berbekas..? apakah cuma untuk itu..?,
  • apakah semua kegiatan kita sama sekali tidak ada harganya..? atau cuma dihargai di dunia ini saja..? yang kerja keras bakalan kaya, yang rajin olahraga bakalan sehat,
  • lalu mengapa ada yang kerja keras tetap miskin..? ada yang rajin olahraga tapi sakit-sakitan..?, yang rajin beribadah tapi tetap menderita..?
Al-Qur’an menyampaikan :  
 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
  • "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS Adz-Dzaariya [51]:56)
redaksi ayat ini adalah negasi ‘Aku tidak menciptakan jin dan manusia’ kemudian dilanjutkan ‘melainkan’, artinya tidak ada kemungkinan lain dari tujuan penciptaan manusia, semata-mata hanya untuk menyembah Allah.

Lain halnya kalau redaksi kalimatnya ‘Aku ciptakan jin dan manusia untuk menyembah-Ku’, yang artinya ada kemungkinan tujuan lain selain menyembah.
  • Maka semua aktifitas, kelahiran, kematian, bekerja, menikah, olahraga, mendengar musik, buang air besar dan kecil, belajar, main internet, makan, bahkan dalam hal menerima bencana, sakit, miskin, semuanya dalam rangka penyembahan kita kepada Tuhan.
Rasulullah berkata :
~ “ Manusia yang beriman (mukminin) itu unik,
  • kalau dia menerima karunia Allah, dia akan bersyukur, dan syukur itu mendatangkan kebaikan bagi dirinya,
  • apabila dia mendapat musibah dia akan sabar, dan sabar itu juga akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya”.
Konsekuensi logis dari tujuan penciptaan manusia tersebut adalah,
  • tentunya harus ada petunjuk Tuhan bagaimana cara menyembah Dia, dan
  • juga harus ada informasi tentang eksistensi-Nya, sifat-sifat-Nya, perintah-Nya, larangan-Nya, ucapan atau perkataan dalam menyembah-Nya, apa pandangan-Nya tentang karunia dan musibah,
  • semua manusia punya hak yang sama dalam menerima petunjuk tersebut, bahwa manusia punya hak untuk menerima langsung petunjuk tersebut dari Tuhannya.
Tidak boleh ada ‘individu terpilih’ yang menjadi ‘calo penyembahan’ terhadap Tuhan, yang menentukan si A boleh berhubungan dengan Tuhan, si B dilarang, atau orang yang memproduksi ajarannya sendiri untuk menyembah Tuhan untuk kemudian harus diikuti oleh orang lain.

Misalnya Paulus menulis surat ke jemaah Galatia lalu dikatakan : “Ini firman Tuhan..,
  • Yacobus bikin surat : “Ini datangnya dari Tuhan,
  • Mathius mencatat ucapan dan tingkah laku Yesus lalu menyatakan : “Ini firman Tuhan..”.
Semua pernyataan manusia yang merasa mendapat wangsit, ilham, Ruh Kudus, kemudian menulis surat ataupun catatannya sendiri harusnya tertolak karena BERTENTANGAN dengan tujuan penciptaan manusia tadi yaitu :
>>semua manusia tanpa kecuali diciptakan semata-mata HANYA untuk menyembah Allah.
  • Maka syarat pertama keaslian suatu firman Tuhan adalah : LANGSUNG datangnya dari TUHAN itu sendiri yaitu baik isi maupun redaksinya merupakan 'produk' dari Allah.
Dalam proses penyampaian wahyu kepada seluruh manusia, Tuhan memutuskan memilih Nabi dan Rasul antara lain bertugas sebagai mediator yang mentrasmisikan wahyu, menerima apa yang diberikan Tuhan dan menyampaikannya kepada manusia, tanpa ditambah-tambah dan dikurang-kurangi ataupun dirobah redaksinya sekalipun pengertiannya sama.

Firman ALLAH SWT:
  •  Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)". (QS Yunus [10]:15)
  • "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mu'jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an). (QS An-Nissa' {4}:174)
  • "Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian^421 terhadap kitab-kitab yang lain itu..." (QS Al-Maaidah' {5}:48)
  • Berkata ’Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, DIA memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, (Surat Maryam [10]:30)
  • "Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Al Anbiyaa) (QS Al-Anbiyya' [21]:48)

Ayat-ayat tersebut (terdapat puluhan ayat yang menyatakan Allah ‘memberikan’ atau ‘menurunkan’ kitab) mengandung pernyataan bahwa Nabi ataupun Rasul sama sekali tidak diberi wewenang untuk merubah satu hurufpun dari wahyu yang diberikan atau diturunkan Allah.
Banyak redaksi ayat Al-Qur’an yang diawali dengan kata ‘Qul = katakanlah’, ..
  • secara logika seharusnya ketika Nabi Muhammad SAW menyampaikan wahyu tersebut kepada orang lain, tidak perlu lagi pakai kata ‘qul’, tapi ini tidak terjadi, karena Nabi tidak diberi mandat untuk merubah SATU HURUFPUN.

Jadi kalau anda menemukan orang YANG MENGAKU Nabi dan Rasul yang mengarang sendiri tulisan sekalipun isinya penuh ajaran kebaikan, kalau dinyatakan tulisan tersebut datangnya dari Tuhan, SEMESTINYA DITOLAK saja, karena fungsi Nabi dan Rasul hanyalah menyampaikan firman tanpa ditambah atau dikurangi.

Maka syarat yang kedua untuk menentukan apakah Firman Tuhan itu asli adalah :
  • adanya Nabi atau Rasul yang berfungsi HANYA menyampaikan wahyu, dan tidak memproduksi sendiri wahyu tersebut.
Logika yang lain tentang firman Tuhan adalah, karena manusia diberi hak dan diwajibkan mendapat dan mengikuti petunjuk Tuhan, maka dalam desainnya, manusia pasti ‘diberi kemampuan’ untuk mendapatkan firman Tuhan tersebut.
Semua manusia punya kemampuan yang sama, kalaupun ada yang ditakdirkan tidak mampu menerima firman karena Kuasa Tuhan, maka sebagai kompensasinya orang tersebut tidak akan berdosa sekalipun dia tidak mematuhi perintah dan larangan dari Tuhan. Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah ‘menempatkan’ suatu benda dalam diri manusia yaitu ‘qalbu’, diartikan dengan ‘hati’, namun bukan dalam pengertian yang kongkrit yaitu ‘lever’, mungkin lebih tepatnya disebut ‘hati nurani = jiwa/soul’.
  • Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur’an) ke dalam hatimu (alaaqalbika) dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS Al Baqarah [2]:97)
  • 192. Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, 193. dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), 194. ke dalam hatimu (alaaqalbika)(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, 195. dengan bahasa Arab yang jelas. (QS Asy Syu’araa [26]:192)
  • 2. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka (quluubuhum), dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (QS Al Anfaal [8]:2)
  • "Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya (lilqaasiyati quluubuhum) untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS Az Zumar [39]:22)
Rasulullah mengajarkan :
  • “Dalam diri manusia ada satu bagian, apabila bagian tersebut baik, maka akan baiklah manusia itu, apabila bagian tersebut buruk, maka akan buruklah manusianya, bagian itu dinamakan qalbu”.  .... Dilain tempat diajarkan juga bahwa qalbu itu ibarat cermin yang bersih, sedangkan dosa merupakan kotoran yang mengotori cermin. Makin banyak berbuat dosa dan tidak mau bertobat dan meminta ampun, maka makin kotor cermin tersebut hingga akhirnya menghitam dan mengeras seperti batu. Qalbu yang menghitam dan mengeras, tidak akan bisa menerima kebenaran firman Allah.
  • "Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup.(qulubuna gulfun)" Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. (QS An Nisaa [4]:155)
  • (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu (quluubahum qasiyatan). Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, (QS Al-Maaidah [5]:13)
  • "Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (alaaqulubihim akinnatan) (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al Qur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu". (QS Al An’aam [6]:25)
  • "Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras (qasat quluubuhum) dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS Al An’aam [6]:43)
  • "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati (quluubun), tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al A’raaf [7]:179)
  • ..."dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka (alaaquluubihim akinnatan) dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur’an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya. (QS Al Israa [17]:46)
  • "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (alaaquluubihim akinnatan), (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya, (QS Al Kahfi [18]:57)
  • " maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati (quluubun) yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS Al Hajj [22]:46)
  • 58 > "Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam Al Qur’an ini segala macam perumpamaan untuk manusia. Dan sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka". 59. >"Demikianlah Allah mengunci mati hati (yatba’u Allaahu alaaquluubi) orang-orang yang tidak (mau) memahami. (QS Ar Ruum [30]:58-59)
  • "Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah (taba’a Allaahu alaquluubihim) dan mengikuti hawa nafsu mereka. (QS Muhammad [47]:16)
  • "Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa, 13. yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu". 14. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (raana alaaquluubihim) (Al Muthaffifiin [83]:12)

Tidak perlu ada konsep Ruh Kudus yang dinyatakan sebagai salah satu pribadi dari 3 pribadi Tuhan yang mengilhami.
Dalam diri kita ada potensi untuk memahami firman Tuhan.

Konsep Ruh Kudus sampai sekarang merupakan sesuatu yang TIDAK BISA dibuktikan kebenarannya, setiap umat Kristen yang saya tanya tentang hal ini selalu memberikan jawaban yang tidak pasti, kapan dan bagaimana membedakan seseorang mengalami atau tidak mengalami Ruh Kudus, tidak ada jawaban yang jelas.
  • Kebanyakan menyarankan saya untuk ‘percaya’ kepada Bapa, Anak dan Ruh Kudus, baru kemudian Ruh Kudus akan ‘bekerja’, ^_^
  • bagaimana mungkin seseorang begitu saja mengganti keimanan kepada Ruh Kudus sebelum Ruh kudus tersebut bekerja..?
  • Bahkan dari sikap dan kelakuan beberapa rekan Non Muslim di forum ini, memang agak sudah membedakannya, kelihatan sama saja orang yang diilhami Ruh Kudus dengan orang yang sedang kerasukan setan, ada yang berusaha menerangkan dan menafsirkan ayat Alkitab, ada juga yang cuma mencaci maki, semuanya mengaku dibimbing Ruh Kudus…
Potensi manusia yang bisa menerima firman Allah tersebut, digambarkan Allah dalam Al-Qur’an :
  • 7. Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. 
  • 8. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). 
  • 9. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As Sajdah:7-9)
Allah tidak menyatakan dengan kata ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’ ruh-Nya ke dalam diri manusia, tapi dengan kata meniupkan, suatu ungkapan adanya kedekatan yang sangat antara yang meniup dengan yang ditiup, itu berarti dalam diri manusia ada potensi untuk berkomunikasi dengan Allah, ‘mendengar’ apa yang difirmankan-Nya.

Al-Qur’an bukanlah buku yang berisi tulisan arab,
  • dicetak oleh penerbit, diperbanyak dan disimpan dalam rak buku di rumah atau di mesjid, itu namanya mushaf Al-Qur’an, cuma buatan manusia biasa,
  • tulisan arab merupakan ciptaan manusia,
  • bahkan tanda baca garis atas, bawah dan waw, itu ciptaan Abu Aswad Ad-Dually pada tahu 900M.
Al-Qur’an berarti ‘bacaan’, yaitu apabila kita membaca kitab = mushaf Al-Qur’an, baik dengan bunyi maupun dalam hati, ‘makna’ dari yang kita baca tersebut ditangkap oleh qalbu kita, berproses, bisa menjadi baik atau buruk tergantung ‘hitam atau putih’ qalbu kita tersebut, itulah yang dinamakan firman Allah.

Wassalam,